![]() |
ciamismu.com |
CIAMISMU.COM - Sebagai manusia
yang memeluk agama Islam, kita sering mendengar dan yakin bahwa Islam shahih li
kulli zaman wa makan (sesuai di segala zaman dan tempat). hal ini juga
dibuktikan dengan luasnya cakupan pemeluk agama Islam dan mencakup banyak
sekali ras, suku, dan bangsa.
Universalisme
Islam telah menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting berbagai bidang
ajaran Islam, yang meliputi hukum agama (figh), keimanan (tauhid),
etika (akhlaq), dan sikap yang menampilkan kepedulian besar kepada
unsur-unsur kemanusiaan (al-insaniyah). Seperti prinsip-prinsip persamaan
derajat di muka hukum, perlindungan warga masyarakat dari kezaliman,
ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan, penjagaan terhadap hak-hak mereka yang
lemah dan menderita kekurangan, serta pembatasan atas wewenang para pemegang
kekuasaan. Semua itu menunjukkan keberpihakan Islam terhadap nila-nilai
universal yang diimbangi keterbukaan terhadap berbagai wujud peradaban manusia.
Nilai-nilai
universal serta sifat keterbukaan terhadap budaya membuat kaum Muslim selama
sekian abad dapat menyerap segala macam wujud budaya dan wawasan keilmuan yang
dating dari berbagai bangsa di sekitarnya, baik yang bersentuhan langsung
dengan Islam ataupun yang telah mengalami penyusutan luar biasa (seperti
peradaban Persia dan Yunani). Kearifan yang muncul dari proses saling
pengaruh-mempengaruhi antar peradaban yang dikenal ketika itu telah menjadikan
budaya Islam bergerak maju dan kosmopolit.
Kosmopilitanisme
budaya tidak akan berakar kuat bila tidak ditunjang oleh universalisme.
Universalisme merupakan landasan konseptual untuk mewujudkan kosmopolatisme
budaya. Karena itu dua persoalan tersebut baik dibahas dalam satu kesatuan yang
utuh, mengingat yang satu merupakan dataran konsep ideal sedangkan yang lain
merupakan yang merupakan perwujudan/implementasi/ penrapan nyata dari konsep
yang ideal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
keragaman budaya termasuk seni, agama, politik, ekonomi, bngunan fisik dan
sebagainya.
Kata
universalisme berasal dari baha latin, universum, yang berarti alam semesta.
Kata ini dibentuk dari kata universalitas yang berarti umum, mencakup semua,
dan menyeluruh. Dalam bahasa inggris kata tersebut berubah menjadi universal.
Kata universal ini dapat berarti konsep umum yang dapat diterapkan pada
kenyataan, misalnya konsep kemanusiaan yang dapat diterapkan pada seluruh
manusia apapun status sosial, warna kulit, ras dan agamanya.
Istilah
universalisme Islam muncul melalui beberapa hal, yang pertama dan mendasar;
munculnya istilah tersebut ialah dari terminologi Islam itu sendiri. Sikap
pasrah kepada tuhan yang tidak hanya dilakukan oleh manusia, bahkan benda-benda
yang tidak memiliki ruh seperti langit, bumi dan yang lainnya juga memasrahkan
atau menyerahkan diri kepada Allah SWT dan sikap itu muncul dari dalam dirinya sendiri
tanpa pengaruh dan paksaan dari luar.
Agama dalam
bahasa arab menggunakan kata al-diin yang secara harfiyah berarti
ketundukan, kepatuhan atau ketaatan yaitu sikap yang sah dari dalam diri
manusia untuk taat kepada Allah. Maka tidak akan ada agama tanpa sikap itu,
yaitu keagamaan tanpa sikap kepasrahan kepada Allah SWT.
Dari
prinsip-prinsip di atas, maka semua agama yang benar pada hakikatnya adalah “al-Islam”
yaitu semua ajarannya bersifat pasrah kepada sang pencipta yaitu Allah
SWT. Al-Qur’an berulang kali menyebutkan
bahwa agama para Nabi sebelum Muhammad saw adalah al-Islam yaitu semua
ajaran para nabi terdahulu juaga inti ajarannya adalah pasrah kepada Allah SWT.
Secara jelas
dituturkan dalam Al-Qur’an bahwa yang menyadari sikap al-islam atau pasrah
kepada Allah adalah nabi Nuh. Dijelaskan bahwa Nuh mendapat perintah Allah
untuk menjadi seorang yang muslim, yaitu pelaku dan bersifat al-Islam dan
pasrah kepada tuhan seperti dalam QS. Yunus 71-72
Al-Islam tumbuh
lebih kuat dan tegas pada zaman Nabi Ibrahim. Sepertihalya Nuh, Nabi Ibrahim
juga diperintahkan untuk berislam. Dijelaskan dalam QS albaqarah ayat 121 yang
artinya: “ingatlah ketika Tuhannya (Tuhan Nabi Ibrahim) berfirman kepadanya
“pasrahlah engkau (aslim) aku pasrah kepada engkau, tuhan seluruh alam.”
Agama yang benar dengan inti ajarannya yaitu pasrah terhadap Allah kemudia
diwasiatkan kepada keturunannya Ibrahim. Salah satu garis keturunannya itu
adalah Nabi Yakub. Wasiat Ibrahim dan Yakub menjadi dasar agama-agama Israil
yang sampai sekarang masih bertahan yaitu agama Yahudi dan Kristen.
Dari sini juga
dapat kita simpulkan bahwa agama Yahudi dan Kristen berpangkal pada ajaran
berpasrah kepada Tuhan atau berislam, karena merupakan kelanjutan dari agama
Ibrahim. Bahwa agama yahudi juga pada dasarnya mengajarkan al-Islam yaitu
dijelaskan dalam penuturan Al-Qur’an mengenai kitab suci taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa untuk anak turunan Israil.: “sesungguhnya Kami telah
menurunkan taurat, di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, dan dengan kitab suci
itu para nabi yang pasrah (ber-islam), serta para pendeta serta para ahli kitab
menjalankan hukum untuk mereka yang menganut agama yahudi, berdasarkan kitab
Allah yang mereka diwajibkan memeliharanya, dan mereka itu semua menjadi saksi.
(al-Maidah: 44)
Begitu pula
dengan Nabi Isa atau biasa disebut Al-Masih putra maryam, beliau membawa ajaran
pasrah kepada Tuhan yang maha esa. Sebagaimana dalam Al-qur’an dijelaskan
tentang ajakan Isa kepada kaumnya seperti berikut:
Dan tatkala Isa
mndaptkan pembangkangan dari kaumnya, ia berkata: “siapa yang akan menjadi
pendukungku menuju Allah?’ alhawariyyun (pengikut nabi Isa) menjawab: “kami
para pendukung Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa kami
adalah orang-orang yang pasrah (musimun). (QS: Ali Imran: 32)
Dan ingatlah
ketika kami mwahyukan kepada alhwariyyun, berimanlah kamu sekalian kepadaKu dan
kepada rasulKu (Isa) mereka menjawab kami beriman dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang pasrah (Muslimun). (QS: Almaidah:
111)
Karena
berpasrah kepada Allah merupakan inti dari semua ajaran agama yang benar, maka
al-Islam atau pasrah kepada Allah adalah pangkal adanya hidayah Ilahi kepada
seseorang. Maka al-Islam menjadi landasan universal kehidupan manusia, berlaku
untuk setiap orang, di setiap tempat dan waktu.
Sikap pasrah
kepada tuhan sebagai unsur kemanusiaan yang alami dan sejati, kesatuan keabian
dan ajaran untuk semua umat dan bangsa, semuanya itu menjadi universalisme
ajaran yang benar dan tulus, yaitu al-Islam. Ini juga yang mendasari adanya
universalisme Islam yang dibawa oleh Muhammad.
“Islam” memang
telah menjadi nama sebuah agama, yaitu agama yang dibawa oleh Rasul penutup.
Namun ia bukan sekedar nama, tapi nama yang tumbuh karena hakikat dan inti
ajaran agama itu, yaitu pasrah kepada Tuhan. Dengan demikian pengikut Muhammad
adalah seorang muslim yang dengan sadar
memahami hakikat islam itu sendiri. Karna kesadaran yang hakiki itu maka
Islam selamanya mempunyai implus universalisme, yang selanjutnya tercermin
dalam kultur yang berwatak kosmopolit.
Penulis: Ade Irfan Marjuqie, Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Aktivis PC Pemuda Muhammadiyah Banjarsari, Kab Ciamis
0 komentar:
Posting Komentar