Ada satu istilah yang
terngiang-ngiang dalam pikiran kami dan khawatir itu menimpa buah hati kami,
yaitu fatherless. Dimana fatherless adalah kondisi ketidakhadiran
seorang ayah dalam kehidupan seorang anak, baik secara fisik maupun psikologis.
Dengan kata lain Fatherless bukan
hanya bagi anak yang ayahnya meninggal atau korban broken home. Fatherless
bisa berlaku juga bagi anak pada umumnya. Dimana ia masih punya ayah secara
fisik, namun yatim secara pengasuhan. Akhirnya mereka akan merasa Father
Hunger (lapar sosok ayah).
Dampak dari rasa lapar akan sosok
ayah itu tentu ujungnya bisa berbuah negatif. Dimana bagi anak perempuan tentu
akan mencari pengganti sosok ayah diluar sana. Bahayanya, mereka akan rentan
menjadi korban para predator seksual.
Adapun bagi anak laki-laki, banyak
yang gagal menjadi pria sejati karena mereka kehilangan role modelnya
dari seorang ayah. Tentu ini sangat mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, ayah harus hadir
secara fisik dan emosional. Tentu bagi seorang ayah yang sibuk mencari nafkah,
kehadiran yang berkualitas di waktu yanng terbatas adalah solusi.
Setidaknya kita bisa belajar dari
kisah Rasulullah soal bagaimana kehadiran seorang lak-laki sejati bisa memikat
hati seorang anak sepanjang hayatnya. Dimana dalam suatu riwayat Rasulullah
mendudukan seorang anak yang bernama Usamah bin Zaid di pahanya yang satu dan
paha satunya mendudukan Hasan. Keduanya dipeluk dan didoakan oleh Rasulullah.
Tentu hal ini telah memikat hati Usamah, sehingga meriwayatkan kisah ini.
Adapun riwayatnya adalah sebagai berikut:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْخُذُنِي فَيُقْعِدُنِي عَلَى
فَخِذِهِ وَيُقْعِدُ الْحَسَنَ عَلَى فَخِذِهِ الْأُخْرَى ثُمَّ يَضُمُّهُمَا
ثُمَّ يَقُولُ: اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمَا فَإِنِّي أَرْحَمُهُمَا
Dari Usamah bin
Zaid radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah
mengambilku dan mendudukkanku di atas pahanya serta meletakkan Hasan di paha
beliau yang satu, lalu beliau mendekap keduanya kemudian berdoa, “Ya Allah,
sayangilah keduanya karena aku menyayangi keduanya.” (HR. Bukhari).
Coba bayangkan bila seorang anak
secara rutin mendapat pelukan dari ayahnya, rutin mendapatkan ungkapan cinta
secara privat dari ayahnya, dan mendapatkan doa secara terbuka dari ayahnya.
Tentu rasa lapar akan kasih sayang seorang ayah akan mereda. Haus akan validasi
dari laki-laki lain selain dari keluarganya juga akan minim terjadi. Bismillah
yuk kita laksanakan apa yang Rasul contohkan, tentunya sesuai konteks kehidupan
kita hari ini.
Penulis: Waskito Hartono, S.Th.i
0 komentar:
Posting Komentar