Berbicara menjadi soerang ayah narasi yang dominan tersebar di
masyarakat adalah ayah merupakan pemimpin keluarga. Tentu narasi ini tidaklah
keliru, paling hanya disalahpahami. Dimana ayah hanya diletakan sebagai pencari
nafkah semata atau bahkan ada juga bisa dimaknai sebagai bos yang otoriter.
Di dalam Al-Quran
memang ada diksi yang menjelaskan ayah adalah sebagai pemimpin dalam keluarga. dimana diksi yang
dimaksud adalah kata Al-Qawwam. Mengenai
bunnyi ayat tentang al-Qawwam adalah surat An-Nisa ayat 34.
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita.....
Ayat di atas jelas memposisikan bahwa laki-laki
(ayah) merupakan pemimpin. Namun kepemimpinan yang dimaksud bukanlah bos yang
hanya ingin didengar, ditaati, dan cukup memberikan nafkah. Dimana kata
Qawwamuna tersebut seharusnya mencakup peran lainnya. Berikut adalah peran yang
harus tercakup dalam qawwamnnya seorang ayah:
1.
Sebagai Pelindung (Al-Hami)
Dimana makna sebagai pelindung itu adalah
penjagaan terhadap keluarga (termasuk anak) dari bahaya, baik fisik maupun
spiritual (api neraka). Dimana Allah menegaskan bahwa orang tua (ayah)
berkewajiban menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Sebagai mana
tertuang dalam QS. At-Tahrim ayat ke 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka....
Mengenai bagaimana cara seorang ayah menjaga
keluarganya (dalam konteks anak) dari api neraka adalah pendidikan dan
pengajaran tentang takwa. Ibnu Katsir mengutip pendapat Ad-Dahhak dan Muqatil
soal makna peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Dimana keduanya
mengatakan: bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim
mengajarkan kepada keluarganyabaik
dari kalangan kerabatnya ataupun budak-budaknya hal-hal
yang difardukan oleh Allah dan mengajarkan kepada mereka hal-hal yang dilarang
oleh Allah yang harus mereka jauhi.
2.
Sebagai Penanggung Jawab Nafkah (Al-Munfiq)
Mencari nafkah itu bukan sekedar memberikan
kebutuhan pokok si anak. Namun juga memastikan bahwa apa yang di konsumsi dan
apa yang digunakan si anak bersumber dari yang halal dan thayib. Dimana tidak
mengandung sesuatu yang haram atau cara memperolehnya juga dengan cara yang
diridhoi Allah.
Adapun thayiba juga harus diperhatikan. Karena
zaman sekarang makanan dan minuman yang ada di pasaran terkadang mengandung
zat-zat yang tidak menyehatkan tubuh bila dikonsumsi terus menerus.
بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ
عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ
“Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka
(laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. QS. An-Nisa: 34
3.
Sebagai Pendidik Utama (Al-Murabbi)
Berperan aktif dalam mendidik anak, bukan sekadar
menyerahkannya kepada istri. Bila istri adalah madrasah pertama seorang anak.
Maka ayah adalah kepala sekolahnya. Tidak harus hadir setiap saat, namun hadir
di waktu yang tepat.
Oleh karena itu, ayah harus terlibat dalam
menyusun visi misi pendidikan dan pengasuhan anak, menanamkan tauhid kepada
anak, membentuk akhlak mulia, membiasakan menjalankan ketaatan kepada Allah,
dan membantu anak menggapai cita-citanya.
Harapannya, ayah mampu menghadirkan generasi
berikutnya yang kuat dalam menghadapi zaman. Dimana si anak harus bisa bersaing
dalam kerasnya persaiangan, serta anak juga bisa bertahan dengan nilai-nilai
utama ditengah degradasi moral. Hal inilah yang Allah ingatkan dalam firmannya:
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ
تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَٰفًا خَافُوا۟ عَلَيْهِمْ
فَلْيَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُوا۟ قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar. (QS. An-Nisa: 9).
4.
Sebagai Teladan (Al-Uswah)
Ayah harus menjadi contoh teladan yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Ayah itu adalah role
model bagaimana nilai-nilai positif harus dilakukan. Sehingga definisi keren,
hebat, mantap, dan luar biasa itu hadir dalam diri ayah.
Akhirnya anak tidak mudah terpukau dengan
pemikiran atau gaya yang aneh-aneh di luar rumah. Sebab bagi mereka, standar
yang baik-baik itu terdapat dalam diri ayah sendiri.
Hal yang
harus diperhatikan juga, untuk menjadi teladan dan role model terbaik bagi
anak.Ayah juga harus dberkolaborasi
dengan istri dalam hal ini seorang ibu di rumah. Khususnya agar tidak muncul
penggembosan yang tak disengaja. Dimana Kesalahan seorang sekecil apapun akan
tersebar luar bahakan ke seluruh pelosok dunia. Bila ibu yang bercerita.
ﻟَّﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝِ
ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِّﻤَﻦ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍْﻷَﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ
ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21).
Penulis: Waskito Hartono, S.Th.i
0 komentar:
Posting Komentar