Di tengah gurun pasir Bani Israel sana—jauh sebelum ada HP atau cicilan motor—hidup seorang ahli ibadah. Bukan ahli ibadah sembarangan, tapi sosok dengan niat sebening embun pagi dan tekad sekeras baja.
Satu-satunya masalahnya: umatnya
keranjingan nyembah pohon. Pokoknya susah banget dikasih tahu, mirip orang
kecanduan judol di zaman sekarang.
Karena nggak tahan lihat kesesatan itu,
si ahli ibadah pun mantap hati: apa pun risikonya, pohon itu harus ditebang.
Kampaknya diasah, keselamatan pun jadi taruhan.
Tentu saja Iblis—manajer proyek
kemaksiatan—nggak tinggal diam. Ia menyamar jadi manusia dan menghadang sang
ahli ibadah. Terjadilah duel seru, bak pendekar kungfu saling adu jurus. Karena
niatnya masih murni, si ahli ibadah dengan mudah mengalahkan Iblis.
Tapi Iblis licik. Kalau kalah tenaga,
dia main strategi. Dengan gaya dramatis, ia pura-pura menyerah sambil
menawarkan “uang kaget”: dua dinar tiap hari, asal pohon itu jangan ditebang.
Layaknya janji manis politisi, tawaran
itu menggoyahkan iman. Sang ahli ibadah pulang sambil membawa dinar di kantong,
sementara pohon syirik itu tetap berdiri gagah.
Hari pertama uangnya lancar, hari kedua
telat tapi masih ada, hari ketiga nihil total. Kesal merasa ditipu, ia kembali
mengasah kampak. Niatnya: balas dendam.
Namun kali ini berbeda. Saat berhadapan lagi dengan Iblis, si ahli ibadah justru kalah. Mengapa? Karena niatnya sudah bergeser. Bukan lagi demi iman, tapi demi “uang kaget” yang tak kunjung ditransfer.
Kisah ini jadi pengingat buat siapa saja
yang sedang berjuang menegakkan kebenaran—entah mahasiswa, dosen, aktivis, atau
siapa pun.
Dalam setiap perjuangan kebaikan,
tantangan pasti datang. Awalnya mungkin berupa tekanan fisik atau mental. Orang
yang terbiasa hidup susah biasanya lebih tahan di fase ini—ketabahan dan
kesabaran sudah jadi santapan sehari-hari.
Tapi ujian berikutnya lebih berat: godaan kenikmatan. Biasa perut lapar, tiba-tiba dihadapkan makan enak tiap hari. Biasa tidur di kasur tipis, tiba-tiba dapat kamar bintang lima. Biasa muter proposal ke sana-sini, tiba-tiba ditawari keuntungan tambang.
Inilah godaan yang sering bikin goyah. Nabi ï·º sudah mengingatkan bahwa akan datang suatu zaman di mana orang yang tetap berpegang teguh pada agamanya bagaikan menggenggam bara api.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan datang kepada manusia suatu zaman,
orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara
api.” (HR. Tirmidzi no. 2260, hasan).
Oleh: Waskito Hartono, S.Th.i
0 komentar:
Posting Komentar