CIAMISMU.COM - Kebangkitan kembalinya Hizbul
Wathan paska Reformasi setidaknya bisa dikatakan turut mewarnai dinamika gerakan
kepanduan di Indonesia. Khususnya lagi bagi proses kaderisasi ditubuh
persyarikatan Muhammadiyah.
Apalagi
selama puluhan tahun sejak turunnya Kepres
tahun 1961 yang berkenaan dengan peleburan seluruh organisasi kepanduan di
Indonesia menjadi "Pramuka". Pramuka dianggap hanya memiliki “satu
warna” dalam memandang nasionalisme.
Padahal Indonesia
terdiri dari berbagai macam suku, ras, dan agama yang mungkin saja memiliki
beragam warna dalam mencintai Negeri ini. Selama tidak melanggar tatanan hukum
yang ada, rasanya sungguh sangat menarik bila semua itu diakomodir. Layakanya
Bhineka Tunggal Ika.
Apalagi
dalam lintasan sejarah, Indonesia memiliki bergitu banyak warna kepanduan sebelum
dileburkan menjadi satu oleh Presiden Soekarno. Bahkan diketahui, jumlah organisasi kepanduan yang hadir ke
istana saat akan disampaikannya keputusan peleberuan diketahui berjumlah 60.
Termasuk
Hizbul Wathan, sebuah gerakan kepanduan
milik persyarikatan Muhammadiyah yang turut hadir dalam pertemuan tersebut. Padahal
Organisasi kepanduan ini telah berdiri sejak tahun 1918 dan telah sukses
mencetak kader umat dan bangsa.
Warna
Islam Berkemajuan Menjadi Ciri Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan
Perlu
diketahui, nama Hizbul Wathan diambil dari bahasa Arab yang artinya
"Pembela Tanah Air". Memperhatikan penamaannya dan realita saat itu,
rasanya KH Ahmad Dahlan sebagai penggagas Hizbul Wathan bisa dibilang memiliki
visi berkaitan dengan nasionalisme.
Selain
itu, Pemilihan nama yang berbahasa Arab rasanya juga bisa ditafsirkan sebagai
upaya simbolik mencintai tanah air ini dalam perspektif Islam. Walaupun Islam
itu belum tentu Arab, setidaknya keeratan sejarah peradaban Islam dan Arab
menjadi benang merahnya.
Apalagi
kalau melihat kiprah Muhammadiyah dan segala macam turunannya (AUM, Ortom, dll)
seratus tahun kemudian. Kita sadar bahwa nilai keislaman yang dibawa
persyarikatan ternyata memberikan sumbangsih yang tidak kecil bagi negeri ini.
Kembali ke
sejarah, Terinspirasi dari aksi baris berbaris sekolompok pemuda di
Mangkunegaran. KH Ahmad Dahlan tampaknya berkeinginan mewadahi para pemuda
dikalangan Muhammadiyah dalam wadah yang serupa.
Hasilnya
terbentuklah Hizbul Wathan dengan segala macam kekhasannya. Termasuk menjadi
wadah kaderisasi yang memberikan sumbangsih untuk tanah air dan persyarikatan.
Panglima
besar Jenderal Sudirman adalah contoh kader bangsa didikan Hizbul Wathan.
Dimana sebelum bergabung dengan militer, Sudirman muda dikenal aktif di Hizbul
Wathan serta dikenal sebagai Guru dan da'i Muhammadiyah di karesidenan
Banyumas.
Oleh
karena itu, bila hadirnya Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di Sekolah dan
perguruan tinggi Muhammadiyah hari ini. Rasanya jelas turut mewarnai dinamika
gerakan kepanduan di Indonesia. Dimana nilai kedisiplinan serta kecakapan
seperti berkemah, tali temali, dan lain sebagainya diperkuat oleh nilai
keislaman yang agung.
Adapun
hubungan Hizbul Wathan dan Pramuka layaknya teman sejawat dalam mendidik kader
bangsa. Sehingga keduanya itu harus dilihat sebagai upaya saling melengkapi dan
mewarnai dinamika gerakan kepanduan di Indonesia. Sehingga banyak cara dalam
mencintai dan membela tanah air ini.
Oleh:
Waskito
Hartono
Guru SMK
Muhammadiyah 1 Banjarsari dan Pernah Mengikuti Jaya Melati 1 Ciamis.
0 komentar:
Posting Komentar