CIAMISMU.COM
– melalui sejarah kita mengetahui kopi itu berasal Ethopia. Lalu
berhasil dibudidayakan oleh orang-orang Yaman sebagai minuman bekhasiat agar
mereka kuat melek beribadah kepada Allah swt.
Pada
perkembanganya, kopi menemukan popularitasnya. Dimana kopi yang tadinya
dikonsumsi sebagai dopping semata, kemudian berubah menjadi hidangan
sehari-hari.
Dimasa
lalu ada dua cara orang menikmati kopi. Bagi yang yang memiliki banyak harta,
mereka punya ruangan tersendiri untuk menikmati kopi. Sedangkan bagi yang
pas-pasan tentu menikmatinya melalui rumah kopi.
Luar
biasanya, melalui perkumpulan yang tidak sengaja di rumah kopi. seperti muncul
hukum tak tertulis bahwa banyak orang berkumpul banyak hasil yang di dapat. Ide-ide
luar biasa mermunculan, ilham menulis puisi hadir, bahkan candaan meledek
pemerintah juga ada.
Perkembangan
zaman hingga apa yang kita rasakan sekarang, nampaknya tidak merubah hukum tak
tertulis tentang kopi. Ketika banyak orang berkumpul ditemani secangkir kopi,
inspirasi tentu bermunculan.
Realita
postitf melalui secangkir kopi benar-benar kami rasakan sendiri. Tentu bila
dikaitkan dalam konteks bermuhammadiyah, ngopi bareng itu sangat penting untuk
sering dilakukan.
Bagi
saya yang tinggal di akar rumput, ngopi bareng itu ternyata bisa menumbuhkan
semangat bermuhammadiyah. Dimana ketika sebelumnya kami kesulitan melakukan
kaderisasi dan penguatan ideologi melalui pengajian. Jelas ngopi bareng adalah
solusi, sebab terkadang sebagian angkatan muda kita itu rada takut dengan
pengajian.
Padahal
ngopi bareng seminggu sekali yang kami lakukan sejatinya adalah pengajian.
Dibuka dengan kajian tentang Tarjih ataupun hasil keputusan Muhammadiyah
lainnya selama dua puluh menit dari jam satu siang. Sisanya ngobrol ngalor ngidul
tentang Muhammadiyah hingga tak terasa waktu Ashar tiba.
Agar
ngopi bareng tersebut hidup, tentu harus ada pengkondisian terlebih dahulu. Ada
orang-orang yang bertugas sebagai pemateri, didorong selalu bertanya, bahkan
sebagai inti jamaah. Menuru kami inti jamaah itu bertugas membantu pemateri bila ada pertanyaan yang
sulit terjawab.
Materi
yang disampaikan tentu tidak harus dari wacana yang berat-berat. Cukup membahas
apa yang telah diputuskan dan dilakukan Muhammadiyah, sebab yang dibutuhkan diakar rumput cuman
itu. sehingga syukur-syukur bisa diduplikasi.
Tidak
terasa, sedikit demi sedikit pengetahuan dan pengamalan bermuhammadiyah itu
naik. Bila tadinya mungkin tidak tahu sekarang menjadi tahu, bahkan yang
tadinya kerja di Muhammadiyah itu bikin minder sekarang muncul kepercayaan
diri. Intinya, jadikan Muhammadiyah sebagai topik pembicaraan utama.
Hasilnya,
luar biasa. Kader-kader muda yang sering ngopi tersebut kini mulai menjadi anak
panah dakwah persyarikatan. Baik berperan di internal Muhammadiyah seperti Korps Mubaligh, Kokam, Lazismu, dan MDMC. Ataupun juga bisa berperan diposisi
strategis di eksternal Muhammadiyah.
Tentu
masih banyak kekurangan, tapi proses bermuhammadiyah melalui secangkir kopi yang berada dicabang kami tersebut setidaknya bisa dirasakan pahit manisnya hari ini.
Tiap tempat punya caranya sendiri dalam meracik kopi, begitu juga bermuhammadiyah. Layaknya kopi pahit, sepahit apapun rasanya perjuangan. Kalau dirasakan bersama ternyata pahitnya jadi lupa. Angkat kopinya! Ceers, Fastabiqul Khairat.
Penulis: Waskito Hartono, Ketua PCPM Banjarsari, Kabupaten Ciamis.
0 komentar:
Posting Komentar