CIAMISMU.COM
– Setelah PSSI mengumumkan ditundanya kembali kompetisi Liga 1 dan Liga 2
hingga November 2020 mendatang. PSHW sebagai klub milik Muhammadiyah Jawa Timur
jelas mengaku alami kerugian.
Dimana
dari penundaan kompetisi tersebut saja, sebetulnya bukan PSHW saja yang mengaku
mengalami kerugian. Bahkan klub-klub Liga 1 yang secara financial lebih mapan,
ternyata mereka pun berteriak.
Apalagi
PSHW dalam menghadapi jadwal Liga 2 di bulan Oktober saja sudah mati-matian, apalagi
diundur lagi. Hal ini jelas membuat mereka kecewa terhadap sikap PSSI dan PT
LIB selaku operator.
Dikutip
dari Jawapos, Dhimam Abror selaku Presiden Klub PS Hizbul Wathan menuturkan
bahwa PSSI dan PT LIB harus mengganti rugi kepada klubnya. Khususnya ganti rugi
atas kerugian dalam menyambut Liga 2 sebelumnya.
’’Mereka
harus ganti rugi karena sudah mengubah jadwal seenaknya. Tidak profesional sama
sekali. Kami sudah bayar pemain, sewa asrama, dan lapangan untuk training camp.
Sudah tryout tiga kali juga kok tiba-tiba ditunda,’’ ucap Dhimam di halaman
Jawapos.
Parahnya
lagi, PSHW itu sudah teken kontrak dengan sejumlah sponsor. Dimana Abror
menginginkan garansi bahwa kompetisi akan berjalan kembali. Bila tidak
berjalan, tentu PSHW harus mengembalikan uang ke sejumlah sponsor.
’’Kami
juga sudah bayar uang muka untuk peralatan dan jersey,’’ jelas Dhimam Abror.
Tidak
jelaskan soal berapa besaran kerugian yang dialami oleh PSHW. Intinya, PSHW
sangat dirugikan atas situasi kompetisi yang seperti ini. Bahkan muncul juga
keraguan kompetisi di November mendatang juga belum tentu bisa digelar.
Sebab,
baik operator Liga maupun Federasi juga tidak memberikan garansi bergulirnya
kompetisi mendatang. Apalagi tidak ada juga jaminan bahwa Polri akan memberikan
izin keramaian meski wabah Corona telah mereda.
’’Saya
tidak yakin akan dikasih izin pada November mendatang. Karena itu, menurut
saya, mending dihentikan saja kompetisi, konsentrasi saja di musim depan,’’
harap Dhimam dari sumber yang sama sebelumnya. (WH/Sumber: Jawapos).
0 komentar:
Posting Komentar