CIAMISMU.ID
-
Hidayah merupakan sebuah nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka yang beruntung.
Sekaligus anugerah yang senantiasa kita harapkan sepanjang hidup di dunia ini.
Namun, terkadang dalam hidup sebagian dari kita atau bahkan kita sendiri
menolak dalam menerima hidayah yang Allah anugerahkan dengan berbagai macam
cara. Oleh karena itu, sebagai seorang yang beriman penting bagi kita untuk
memahami dan mengatasi 3 faktor penghalang hidayah yang masuk ke hati.
Pertama,
Bergaul Dengan Teman Yang Buruk Agamanya
Bergaaul dengan teman yang agamanya buruk
sejatinya adalah faktor penghalang utama dalam meraih hidayah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah mengingatkan kita akan pentingnya memilih teman yang
baik, yang akan membawa kebaikan kepada kita. Sebaliknya, teman yang buruk akan
mempengaruhi kita secara negatif. Seperti yang disebutkan dalam hadis,
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak
wangi, atau engkau membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau
akan dapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau akan dapatkan bau asap
yang tidak sedap.” (HR. Bukhari no. 5534 dan Muslim no.
2628).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
المرءُ
على دينِ خليلِه فلينظرْ أحدُكم مَن يُخاللُ
“Agama
seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa
engkau berteman.” (HR.
Abu Daud no. 4833, Ahmad no. 8398, dan Tirmidzi no. 2378,
hadis sahih).
Kedua,
Taklid Buta Pada Agama Nenek Moyang
Tentu setiap orang tua
atau nenek moyang pasti berusaha mewariskan yang terbaik bagi kita. Hanya bila
tidak kita imbangi dengan nalar kritis dan taklid buta bisa dikata bisa menjadi
faktor yang menghalangi kita untuk memperoleh hidayah. Islam adalah agama yang
diturunkan langsung dari Allah melalui lisan Muhammad. Sehingga bagi seorang
muslim telah Allah sediakan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai petunjuk dan
standar kebenaran. Untuk itu, kita harus berusaha memahami Islam dengan benar
sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah.
Allah Ta’ala mencela
orang-orang yang hanya mengikuti jejak nenek moyang mereka tanpa memperhatikan
petunjuk yang benar. Seperti yang terdapat dalam firman-Nya,
بَلْ
قَالُوٓا۟ إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰٓ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰٓ
ءَاثَٰرِهِم مُّهْتَدُونَ
“Bahkan, mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami
menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk
dengan (mengikuti) jejak mereka.’” (QS. Az-Zukhruf: 22).
Ketiga,
Rasa Takut Akan Celaan Manusia Atau Gengsi
Rasa takut akan celaan
dan gengsi juga bisa menjadi penghalang dalam menerima hidayah. Contohnya adalah
Abu Thalib, yang meskipun selalu bersama Rasulullah, namun takut akan celaan
orang-orang Quraisy sehingga lisannya sangat sulit untuk mengucapkan kalimat
syahadat. Sebagaimana yang terdapat dalam riwayat,
قالَ:
لَوْلا أنْ تُعَيِّرَنِي قُرَيْشٌ، يقولونَ: إنَّما حَمَلَهُ علَى ذلكَ الجَزَعُ
لأَقْرَرْتُ بها عَيْنَكَ
“Seandainya
bukan karena cemooh orang Quraisy, mereka akan mengatakan ‘Sesungguhnya dia
mengucapkan itu karena jiwanya takut.’ Pasti kuucapkan kalimat tersebut agar
jiwamu tenang.” (HR. Muslim no. 25).
Dengan memahami dan
mengatasi ketiga faktor penghalang hidayah ini, kita dapat memperoleh hidayah
sepanjang hidup kita di dunia ini. Penting bagi kita untuk menjaga lingkungan,
memahami agama dengan benar, dan mengatasi rasa takut akan celaan manusia agar dapat
mendapatkan hidayah dari Allah.
Sebagai kesimpulan,
mari kita perbaiki diri dan berupaya untuk mengatasi semua hambatan yang
menghalangi kita dalam meraih hidayah sepanjang hidup kita. Karena hidayah
adalah anugerah terbesar yang dapat kita peroleh dari Allah, sang Pencipta.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya dan sabda Rasul-Nya,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus" (QS. Al-Fatihah (1): 6) dan “Ya
Allah, Aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, kehormatan diri, dan
kecukupan.” (HR. Muslim no. 2721 dan At-Tirmidzi no. 3489).
Oleh:
Waskito
Hartono, S.Th.i
0 komentar:
Posting Komentar